29 April 2011

Hegemoni US Maritime Abad ke-21 & Bajak Laut Somalia

Gara-gara dibawakan Indra Surya, seorang santri yang studi ke Amerika Serikat sebuah buku berjudul The Next 1000 Years. A Forecast for the 21st Century karya George Friedman, Guru Sufi buru-buru mengumpulkan kawan-kawan dekatnya seperti Sufi Kenthir, Sufi tua, Sufi gelandangan, Sufi Sudrun, Sufi Jadzab, Sufi gemblung, dan sejumlah santri seperti Dullah, John Kampret, Markasan, Mat Pelor, Tavip, dan Didik Suneo. Setelah memberi pengantar singkat bahwa pertemuan itu dimaksudkan untuk mengupas secara singkat informasi dari buku berisi analisis George Friedman yang memprediksi tatanan global 100 tahun ke depan.

“Bukan ramalan Friedman yang kuanggap penting,” kata Guru Sufi memulai bahasan,”Tapi informasi faktual yang disampaikannya yang sangat penting, khususnya prediksinya tentang United State of America. Ini penting, karena menyangkut kebijakan-kebijakan Uncle Sam di berbagai belahan dunia, yang sangat berpengaruh terhadap nasib bangsa-bangsa, termasuk bangsa kita.”

Tavip yang membaca sekilas ringkasan buku yang difotokopi empat lembar, mengerutkan keningnya dan bertanya,”Informasi aktual apakah yang penting yang disampaikan Friedman?”

“Kekuatan armada laut Amerika,” sahut Guru Sufi menegaskan,”Yang akan membawa negeri Uncle Sam itu sebagai hegemon dalam tatanan dunia 100 tahun ke depan.”

“US Navy?” tanya Tavip.

“Salah satunya.”

“Maksud armada?” tanya Tavip minta penjelasan.

“Ya armada dalam makna kekuatan angkutan laut, baik berkait dengan US Navy yang militer maupun armada angkutan laut komersial,” kata Guru Sufi menjelaskan.

“Di mana pentingnya armada laut Amerika ke depan?” tanya Tavip masih belum faham, ”Bagaimana Pak Kyai bisa yakin Amerika akan menjadi hegemon selama 100 tahun ke depan.”

“Tahukah engkau, apakah angkutan massal untuk produk-produk komoditas antar benua yang paling murah?” tanya Guru Sufi.

Tavip merenung sejenak. Setelah itu ia berkata agak ragu,”Angkutan kapal laut, Pak Kyai.”

“Tepat sekali,” sahut Guru Sufi,”Sejarah sedikitnya telah mencatat bahwa pernah ada manusia terkaya di dunia bernama Aristotle Onassis, Sang Raja Kapal dari Yunani. Sejarah juga mencatat, bagaimana Inggris yang luas negara pulaunya kurang dari seperempat Kalimantan, telah berjaya menjadi penjajah nomor wahid dan menggaruk kemakmuran, karena armada lautnya terkenal sangat kuat. Nah, kalau kedudukan Onassis dan Inggris itu diambil alih oleh Amerika Serikat, negara yang berada pada rentangan jalur perniagaan Trans-Pasific dan Trans-Atlantic, apa kira-kira yang akan terjadi ?”

Ya mereka akan jadi penguasa dunia,” sahut Sufi Kenthir menyela,”Makanya, kapal induk Amerika keliling ke mana-mana itu dalam rangka mengawal armada niaganya.”

“Bagaimana menurut pendapat sampeyan, Mbah?” tanya Guru Sufi kepada Sufi Jadzab.

“Menurut temanku, Abi Yusuf,” sahut Sufi Jadzab sambil garuk-garuk kepalanya yang ditumbuhi rambut gimbal,”Kapal-kapal induk Amerika itu sering lewat di atas keratonnya Nyi Roro Kidul. Katanya, kapal-kapal itu parkir di pangkalan utamanya di Pulau Kecil Diego Garcia, di selatan Aceh.”

“Apakah Abi Yusuf, teman sampeyan itu bangsa jin, mbah?” tanya Dullah menggoda.

“Ya pasti,” sahut Sufi Jadzab,”Karena itu dia tahu segala apa yang dilakukan manusia di atas lautan yang menjadi kediamannya.”

Sufi tua yang sejak tadi diam, tiba-tiba ikut bicara dengan bertanya,”Bagaimana dengan kekuatan Cina sebagai produsen kolosal dari komoditas termurah di dunia?”

“Tidak cukup kuat menghadapi kekuatan Amerika,” kata Guru Sufi menjelaskan,”Sebab sebanyak dan semurah apa pun komoditas Cina, negeri itu tidak cukup memiliki armada laut untuk mengangkut semua produksinya ke seluruh penjuru dunia. Cina tetap butuh kapal-kapal Amerika untuk mengangkut produk komoditasnya.”

Dullah yang penasaran dengan jawaban Sufi Jadzab, bertanya lagi tentang apa yang akan dilakukan negeri Uncle Sam itu ke depan dengan kekuatan armadanya itu,”Apakah Amerika akan benar-benar menjadi hegemon selama 100 tahun ke depan? Bagaimana ini Mbah?”

Sufi Jadzab menyeruput kopi dan sesudah itu menjawab sekenanya,”Yang pasti, orang-orang rakus bin tamak bin serakah bin loba, akan berusaha menjadi satu-satunya pemegang monopoli. Itu sudah sifat nafsu rendah lwammah dan ammarah. Jadi aku percaya informasi yang diberikan Abi Yusuf tentang berbagai rekayasa jahat melemahkan armada-armada dari negara-negara lain. Aku percaya ketika Abi Yusuf memberitahu bahwa rampok-rampok Somalia yang membajak kapal-kapal itu tidak berdiri sendiri. Rampok-rampok itu sengaja diperintahkan untuk beroperasi menyandera kapal-kapal dari berbagai negara kecuali kapal-kapal dari….negerinya Dajjal…Ha ha ha.”

“Dalam tempo setahun-dua tahun ke depan, dengan maraknya penyanderaan kapal-kapal oleh Somalia, citra transportasi laut negara-negara yang pernah disandera menjadi pudar. Pengusaha-pengusaha enggan menyewa kapal milik Indonesia, Malaysia, Korea, Perancis, Cina yang pernah disandera. Mereka akan memilih kapal-kapal angkut yang tidak pernah disandera. Wah wah, skenario neo-imperialisme lagi ini yang dijalankan kekuatan Dajjal,” sahut Sufi Sudrun.

“Waduh mati aku,” sahut John Kampret tiba-tiba sambil menepuk keningnya,”Adikku kuliah di Fakutas Teknik Perkapalan. Pastinya, suram masa depannya, soalnya bangsa rakus itu tidak akan membiarkan negeri kita bangkit membangun kekuatan maritim. Lewat kaki tangannya, elit politik dan penguasa kita, akan “dititahkan” menjalankan kebijakan-kebijakan yang melemahkan semua aspek terkait kekuatan maritim bangsa kita.”

“Benar itu,” sahut Sufi tua membenarkan,”Dulu presiden Soekarno sangat concern terhadap pengembangan kekuatan laut, telah membuat negeri kita disegani. Tapi setelah Bung Karno jatuh, Orde Baru membawa negeri ini sebagai negeri berorientasi agraris. Sejak Orde Baru itulah, negeri kita terpuruk tidak mampu bangkit lagi karena mentalitas yang dibangun adalah mentalitas petani.”

Oo benar kang,” sahut Sufi Kenthir,”Gus Dur dulu kan sadar tentang vitalnya membangun kekuatan maritim. Karena itu dalam kabinetnya, untuk kali pertama semenjak Orde Baru, dibentuk kementerian kelautan. Tapi nasibnya juga seperti Bung Karno, Gus Dur dijatuhkan. Kekuatan maritim kita sampai sekarang tetap tidak bisa bangkit. Bahkan sekarang pun kapal kita disandera MAFIA perwakilan Somalia tanpa kita bisa berbuat apa-apa kecuali memenuhi keinginan MAFIA hitam itu.”

"Isu lain dakam buku itu apa lagi, guru,"tanya Dullah penasaran.

"Tunggu sebentar, topik ini kan belum selesai,"

- agus sunyoto -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...